Friday, January 10, 2014

TAUJIHAD MALAM PULANGAN MAULID 1435 H.



Taujihat
Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri
Menjelang Liburan Maulid
(Malam Sabtu, 10 Rabiul Awal 1435 H)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله  الحمد لله  والصلاة والسلام على رسول الله   وعلى أله وصحبه ومن والاه. أما بعد
Anak-anakku sekalian…
Saat tiba malam pulangan seperti saat ini, sebetulnya sangat banyak sekali uneg-uneg yang ingin saya tumpahkan kepada kalian. Seperti seorang ibu yang hendak melepaskan anak bocahnya menembus kerumunan orang atau menyeberang jalan, sendiri, tanpa pengawasan, dan tanpa penjagaan. Tentu ada banyak sekali kekhawatiran yang menguap dan membesar, serta menggelembung di dada.
Andai bukan karena tujuan-tujuan jangka panjang, sebenarnya hati Sidogiri mungkin akan lebih tenang dan tenteram jika meletakkan kalian di sebuah menara gading yang membuat kalian hanya bisa menengok ke bawah, tapi tak bisa menyentuhnya. Atau, di sebuah rumah kaca yang membuat kalian bisa melihat segalanya, tapi tak bisa terlibat di dalamnya.
Tapi tidak. Sidogiri tidak berpikir seperti itu. Kalian dipersiapkan bukan hanya untuk menyelamatkan diri sendiri. Sidogiri adalah kawah penempaan agar kalian juga bisa menyelamatkan orang lain. Agar kalian datang seperti Khalid bin Walid ke Persia atau Thoriq bin Ziyad ke Andalusia. Kalian datang untuk mengubah sesuatu, dan melestarikan sesuatu yang lain. Inilah  kalian!
Kita harus menyadari dalam setiap langkah kita, bahwa dunia sedang dikendalikan oleh pandangan hidup Barat. Sejak berabad-abad lalu, petinggi-petinggi Barat sudah berkonspirasi untuk mewujudkan tatanan hidup yang mereka sebut sebagai Tatatan Hidup Baru. Yaitu, tatanan hidup dalam satu kendali, tanpa terpecah ke dalam agama-agama, dan batas-batas teritorial negara.
Karena itulah, Barat membuat PBB, organisasi bangsa-bangsa dunia yang kenyataannya hanya membela kepentingan Amerika, Israel dan negara-negara pemilik hak veto saja. Karena itu pula, dunia sekarang sedang bergerak secara ramai-ramai menuju globalisasi, di mana sekat-sekat negara sudah hendak dihapus sedikit demi sedikit. Karena itu pula, di tengah-tengah kita muncul banyak sekali pandangan hidup liberal yang menganggap semua agama itu sama.
Kecenderungan yang terakhir ini merupakan tantangan nyata untuk kaum santri. Untuk itulah kita berada di Sidogiri selama bertahun-tahun. Saat ini, orang yang membela atau menonjol-nonjolkan agama sudah dipandang dengan sinis. Jika ada orang yang tampil membela agama, maka akan dicibir, dianggap ekstrem, fundamentalis, tidak sesuai dengan Pancasila, tidak sesuai dengan kemajemukan Indonesia dan semacamnya.
Tidak sedikit orang Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam, yang menganggap agama bukan urusan yang terlalu penting untuk dipermasalahkan. Toh, pada akhirnya, kata mereka, semua agama itu sama, sama-sama mengajarkan kebaikan dan menjadi jalan menuju tuhan. Sekarang, pandangan seperti ini bukan hanya saya dengar dari para akademisi jebolan Barat, tapi juga sudah mulai saya dengar dari orang-orang jebolan pesantren. Padahal, pandangan semacam ini merupakan bentuk kekafiran yang nyata; merupakan bentuk pengingkaran yang sangat ekstrem terhadap kebenaran agama Islam, dan kesesatan agama lain.
Jadi, kalian dilepas untuk berlibur sementara saat ini, atau kalian dilepas oleh Sidogiri setelah boyong suatu saat nanti, bukan seperti narapidana yang dilepas untuk menikmati udara bebas. Kalian dilepas sebagai para pendekar yang turun gunung. Kalian dilepas untuk mengubah keadaan, atau minimal menghambat arus dan kecenderungan yang menggerogoti ajaran-ajaran agama kita. Kalaupun misalnya kalian memahami liburan ini sebagai burung yang lepas dari sangkar, maka jadilah seperti burung merpati, yang meskipun lepas di alam bebas, tetap selalu terikat dan merindukan sangkarnya.
Anak-anakku sekalian… Tidak jadi soal, jika masa liburan ini kalian pahami sebagai masa beristirahat sebentar untuk melepas penat. Bukankah dalam agama kita memang dianjurkan untuk beristirahat sebentar menjelang siang, agar kita bisa beraktivitas dengan lebih semangat dan penuh konsentrasi di waktu siang hingga menjelang petang. Bukankah dalam kitab-kitab kita memang dianjurkan beristirahat di separuh awal malam, agar kita bisa bangun dan beribadah dengan khusyuk di tengah atau akhir malam.
Namun demikian, masa istirahat harus dipahami sebagai masa sela untuk menyambut aktivitas berikutnya dengan energi yang segar. Masa istirahat bukan hidangan yang disajikan untuk dinikmati, tapi kesempatan yang diberikan untuk digunakan. Oleh karena itu, gunakanlah masa libur itu dengan sebaik mungkin untuk menyegarkan konsentrasi kalian di masa kembalian, bukan malah menjadi pengganggu konsentrasi kalian ketika sudah kembali lagi ke sini.
Maka, jangan sampai kalian larut dalam kesenangan-kesenangan negatif ketika masa liburan. Kalian harus senantiasa menyadari bahwa kesenangan negatif itu sangat mudah masuk, dan sangat sulit keluar. Sekali kesenangan negatif itu merasuki hati kalian, maka akan menjadi candu yang sangat sulit dilepaskan. Oleh karena itu, janganlah kalian mencoba-coba kesenangan-kesenangan negatif itu semasa liburan nanti.
Anak-anakku sekalian… Kalian tidak perlu berada di Sidogiri jika hanya ingin hidup sejahtera untuk diri kalian sendiri. Sidogiri ini adalah tempat orang-orang yang ingin hidup untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, bahkan rela sengsara demi hal itu. Dan, manfaat yang dimaksud di sini bukan sekadar manfaat di dunia, tapi yang lebih penting adalah manfaat dalam kehidupan akhirat nanti.
Untuk bisa memperbaiki orang lain, tentu saja hal pertama yang harus kita lakukan adalah memperbaiki diri sendiri. Untuk menyelamatkan orang lain dari godaan buruk akhir zaman, tentu saja kita sendiri harus melatih diri terlebih dahulu untuk teguh dan tahan dalam menghadapi godaan itu.
Masa libur ini adalah tes nyata bagi kalian untuk menjadi duta-duta Sidogiri. Sangat mungkin kalian akan dihadapkan ke dalam banyak godaan. Godaan media, godaan lingkungan, godaan hiburan, godaan kebebasan, godaan kesenangan, godaan wanita dan lain sebagainya. Sejauh mana kalian tahan, sejauh itu pula kalian siap menjadi generasi pesantren yang mampu membawa panji perjuangan para Masyayikh di tengah-tengah masyarakat.
Dulu, para Masyayikh kita dan para ulama di negeri ini, juga berada di pesantren seperti kalian, merasakan pahit getir sebagai anak-anak santri. Namun, berkat keteguhan, maka mereka bisa ikut mengubah kecenderungan dan lingkungan masyarakat, bukannya ikut-ikutan berubah karena arus kecenderungan dan lingkungan masyarakat. Kita ini adalah para penerus mereka, tidak ada orang lain. Kalau bukan kita, sudah tidak ada lagi orang lain yang bisa meneruskan jejak langkah dan mewarisi perjuangan mereka. Semoga Allah memberikan keteguhan hati kepada kita untuk meneladani keteguhan mereka.
Semoga Allah masih memberi kesempatan kepada kita untuk berkumpul kembali di Sidogiri pada waktu-waktu yang akan datang. Meskipun kalian merasa senang dengan liburan ini, semoga hati kalian masih terikat dengan Sidogiri, rindu dengan senyumnya yang penuh arti.
Semoga doa para Masyayikh menyertai langkah kaki kalian besok pagi, ketika bayang-bayang kalian mulai hilang dari pandangan kami. Semoga pengaruh kitab-kitab yang kalian pelajari di sini mengalahkan pengaruh handphone, internet, televisi dan media-media lain yang begitu semarak saat ini.
Semoga kalian bisa menjadi anak-anak yang membuat hati orang tua jadi sejuk. Dengan sikap dan tutur kata yang santun, dengan ibadah yang tekun, dengan kemauan tinggi untuk berbakti dan membantu meringankan beban orang tua di rumah. Amin ya Rabbal Alamin.
Sekian… Semoga kalian sampai di rumah dalam keadaan selamat dan bisa kembali lagi ke sini dengan selamat, selamat tubuh kalian, juga selamat hati kalian. Salam kami untuk ayah dan ibu kalian di rumah. Semoga mereka senantiasa diberi kesehatan dan kemudahan dalam segala hal. Amin ya Rabbal Alamin.

Tuesday, January 7, 2014

Disa'at Sendiri



Hari demi hari telah ku lewati
Tak pernah aku bersamamu lagi
Tak pernah aku menduga
Kau akan pergi tinggalkan aku
Jauh kau pergi tinggalkan diriku
Sepi hati ini membunuhku
Ku coba untuk cari penggantimu
Namun tak ada yang sepertimu
Rindu aku, sangat rindu kamu
Terasa sejak kau masih ada di dekatku
Tak mudah aku melupakan dirimu
Di saat aku terbangun dari tidurku
Rindu aku, sangat rindu kamu
Terasa sejak kau masih ada di dekatku
Tak mudah aku melupakan dirimu
Di saat aku sendiri....
ooh Jauh kau pergi tinggalkan diriku
Sepi hati ini membunuhku
Ku coba untuk cari penggantimu
Namun tak ada yang sepertimu
Rindu aku, sangat rindu kamu
Terasa sejak kau masih ada di dekatku
Tak mudah aku melupakan dirimu
Di saat aku terbangun dari tidurku
Rindu aku, sangat rindu kamu
Terasa sejak kau masih ada di dekatku
Tak mudah aku melupakan dirimu
Di saat aku sendiri
rindu aku, sangat rindu kamu
Terasa sejak kau masih ada di dekatku
Tak mudah aku melupakan dirimu
Di saat aku terbangun dari tidurku
Ooh rindu aku, sangat rindu kamu
Terasa sejak kau masih ada di dekatku
Tak mudah aku melupakan dirimu
Di saat aku terbangun dari tidurku
Rindu aku, sangat rindu kamu
Terasa sejak kau masih ada di dekatku
Tak mudah aku melupakan dirimu
Di saat aku sendiri