ILMU PENDIDIKAN
Menuntut ilmu itu wajib. Jika dilakukan, maka ia
bernilai ibadah. Bahkan, dalam sebuah haditsnya, Rasulullah Saw menegaskan,
orang yang pergi untuk menuntut ilmu sama dengan membuka jalan menuju surga.
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk
mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga dan
sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena ridla (rela)
terhadap orang yang mencari ilmu…” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu
Majjah).
“Barangsiapa keluar (pergi) untuk mencari
ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga kembali” (HR. Tirmidzi).
Rasulullah Saw juga menjelaskan lima golongan
manusia terkait ilmu, yang celaka adalah golongan kelima.
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْ
عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا
فَتَهْلِكَ (رواه بيهقى)
Qoolan Nabiyu Shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Kun ‘aliman, au muta’alliman, au mustami’an, au muhibban. Walam takun khomisan,
fatahlik.
“Nabi Saw bersabda: Jadilah engkau orang
berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu,
atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima
maka kamu akan celaka” (HR. Baihaqi).
Rasul Saw memerintahkan umatnya menjadi ‘Alim
(orang berilmu, guru, pengajar). Jika belum sanggup, jadilah Muta’ammilan
(orang yang menuntut ilmu, murid, pelajar, santri) atau menjadi pendengar yang
baik (Mustami’an), paling tidak menjadi Muhabban –pecinta
ilmu, simpatisan pengajian, donator lembaga dakwah dan pendirikan dengan harta,
tenaga, atau pikiran, atau mendukung majelis-majelis ilmu.
Rasul Saw menegaskan, jangan jadi orang kelima (Khomisan),
yaitu tidak jadi guru, murid, pendengar, juga tidak menjadi simpatisan atau
supporter. Celakalah golongan kelima ini. “Fatahlik!” tegas beliau
Saw. Wallahu a’lam..*
BY: AMIENULLOH