Wednesday, October 9, 2024

BASMALAH DAN KITA SEMUA




BASMALAH DAN KITA SEMUA

Pondok Pesantren Sidogiri adalah lembaga pendidikan yang diasaskan oleh Muasis dan para Masyayikh sebagai wadah perjuangan dan pengabdian terhadap agama dan umat. Dalam hal itu, domain yang digarap oleh Sidogiri sangat luas, bukan hanya pendidikan klasikal dan pengajian kitab-kitab, namun juga dakwah ke seluruh pelosok negeri, pemberdayaan umat di berbagai bidang, dan lain sebagainya.

Untuk menjamin terlaksananya sekian banyak program yang telah ditetapkan, Sidogiri memandang perlu untuk memiliki sumber pendanaan yang memadai secara mandiri, agar tidak bergantung pada pihak lain, termasuk tidak merepotkan pemerintah. Maka didirikanlah berbagai unit usaha yang bernaung di bawah Sidogiri Corporation, seperti TokoBasmalah, AMDK Santri, dompet digital e-maal, GiriGrafika, dan lain sebagainya.

Sebenarnya setiap lembaga yang berada di bawah naungan Sidogiri itu punya ruh dan visi yang sama, baik itu Pondok (PPS), Madrasah Miftahul Ulum (MMU), Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS), Urusan Tugas Mengajar Tugas Belajar (TMTB) dan Dai, Kopontren Sidogiri, dan lain sebagainya. Namun masing-masing punya ranah fungsi dan tugas yang berbeda-beda.

Maka dari itu, semua orang yang berada di masing-masing lembaga juga punya tugas-tugas dan kewajiban yang berbeda-beda pula, sesuai dengan fungsi dari lembaga itu, agar cita-cita yang melandasi berdirinya lembaga-lembaga ini bisa tercapai; ada yang bertugas mondok dan belajar, ada yang bertugas mengajar, ada yang diutus ke berbagai pelosok negeri untuk berdakwah, ada pula yang menjadi karyawan di sejumlah unit usaha milik Pondok Pesantren Sidogiri untuk menggerakkan roda bisnis pesantren.

Cita-cita besar pesantren akan mudah dicapai jika masing-masing lembaga tersebut berjalan sesuai fungsinya, dan hal itu bisa terjadi jika setiap orang yang mengisi pos-pos pada lembaga-lembaga itu menjalankan tugas dan kewajiban mereka sesuai dengan aturan dan SOP masing-masing lembaga. Sebaliknya, cita-cita besar itu sulit terwujud, bahkan bisa kandas, jika lembaga-lembaga ini tidak menjalankan fungsi khususnya masing-masing, dan orang-orang yang mengisi pos-pos pada lembaga-lembaga itu tidak bekerja sesuai tugas dan SOP yang telah ditetapkan.

Karena itu, misalnya, kita harus melihat “TokoBasmalah” dengan benar: bahwa ia didirikan memang sebagai unit usaha, menjalankan bisnis dan mencari keuntungan. Ia bukan pesantren ataupun lembaga pendidikan, bukan musala, masjid, ataupun yang lain yang bukan lembaga bisnis. Jadi wajar dan sama sekali tidak janggal jika kita melihat TokoBasmalah berkompetisi dengan giat di bidang bisnis dengan para kompetitor, bahkan TokoBasmalah tetap buka pada hari hari raya Idul Fitri, dan tidak tutup di waktu malam-malam Ramadhan.

Kita harus melihat langkah TokoBasmalah itu dari sudut pandang tugasnya, yakni memang berbisnis untuk meraih keuntungan. Jangan dilihat dari sudut pandang yang lain, sehingga tampak jadi tidak wajar. Kenapa TokoBasmalah tetap buka di hari raya? Jawabannya karena ia adalah unit usaha, dan pada hari itu kebanyakan toko tutup, sehingga Basmalah tetap buka mencari peluang, untuk melayani kebutuhan masyarakat, dan Basmalah mendapatkan banyak laba. Sesederhana itu.

Lalu apa tidak kasihan dengan para karyawan yang kebetulan bertugas pada waktu hari raya itu? Bukankah mereka jadi tidak bisa bersilaturahim dengan keluarga mereka? Nah, inilah pertanyaan yang berangkat dari pemahaman dan sudut pandang yang tidak tepat. Karena setiap orang yang mau menjadi karyawan di TokoBasmalah harus tahu jika ini adalah lembaga bisnis, dan hatus tahu juga apa kewajiban dan konsekuensinya. Orang yang masih mau bergabung dengan TokoBasmalah, tentu mereka harus berkomitmen dengan ketentuan-ketentuan itu.

Jika logika yang digunakan untuk menilai tidak benar, maka di semua sektor layanan publik juga akan terjadi gelombang protes yang sama. Misalnya, pada waktu mudik hari raya, ada banyak polisi yang bertugas menjamin keamanan dan kelancaran lalu lintas para pemudik. Apa tidak kasihan dengan para polisi itu yang tidak ikut mudik, padahal mereka juga punya keluarga? Para dokter yang kebagian tugas di hari raya juga sama: apa tidak kasihan dengan para dokter dan perawat itu, bukankah mereka juga punya keluarga dan mereka juga ingin bersilaturahim? Begitu pula seterusnya.

Jadi lihatlah suatu masalah dari sudut pandang yang benar, agar nalar jadi benar, wajar, dan tidak terkesan janggal. Toh, para karyawan yang bekerja di TokoBasmalah itu tidak full 24 jam, melainkan terbagi pada beberapa shift. Jika kebetulan pada hari raya ada yang bertugas di pagi hari, maka dia bisa bersilaturahim di siang, sore, sampai malam harinya. Jika di hari raya itu kebetulan bertugas siang, maka dia bisa bersilaturahim di pagi harinya.

Selamat berjuang Sidogirian!

- Dwysa

No comments:

Post a Comment